Cerita Sebuah Pohon

 

Saat itu aku ingat sekali, waktu aku masih berumur sekitar 2 tahun aku di ambil oleh seseorang. Bahkan semua temanku di daerah itu juga diambil oleh orang itu juga, dibantu oleh teman temannya. Saat dipindahkan aku merasa takut. "Bagaimana jika aku mati? Bagaimana jika aku tak dapat tempat yang baik?" itu yang menjadi mimpi burukku. Pertanyaan itu juga menghantuiku. Namun, sungguh tak diduga. Ternyata aku dan teman temanku adalah pohon untuk reboisasi. Aku begitu senang sekali. Aku senang karena aku akan menjadi pohon yang berguna bagi semua orang di dunia. Di hari itu aku disirami dengan rutin. Diberi pupuk juga. Aku dirawat dengan baik oleh manusia yang ada di dekatku saat itu.

Bertahun tahun kemudia aku mulai beranjak dewasa. Kulihat manusia yang mengurusku sudah berganti. Dia tidak kalah cekatan dengan manusia yang lama. Tidak ada yang salah dengan diriku. Namun kulihat disana tanah yang dulunya kosong dan bisa jadi tempat untuk bertumbuhnya rumput rumput liar, maupun tempat hidupnya hewan hewan yang lain mulai berubah seiring berjalannya waktu. Begitu banyak pasir dan batu batuan.Tempat tinggalku lama kelamaan mulai hilang. Aku yang hanya sebuah pohon hanya bisa diam. Walaupun mereka merusak teman temanku, aku akan tetap berbuat baik kepada mereka dengar cara akan terus meneruh membagikan oksigen kepada mereka semua.

Lama kelamaan, tempat itu sudah ada banyak sekali bangunan. Kulihat juga mulai banyak manusia yang berkeliaran. Aku sungguh senang pada awalnya. Mereka yang mendekatiku untuk berlindung dari panas. Mereka yang mendekatiku untuk tidur. Aku begitu senang di dekati oleh manusia manusia ini. Namun, lama kelamaan mereka menjadi semakin jahat kepada teman temanku. Kulihat ada seorang manusia yang menaiki tubuh dari temanku. Bahkan temanku ada juga yang sudah dipotong. Aku ngeri melihatnya. Aku berharap semoga saja aku bisa bertahan sampai aku benar benar tak kuat lagi.

10 tahun kemudian...
Aku sudah semakin tua sekarang. Akar akarku mulai keluar tanpa arah, dan itu membuat banyak hal yang telah dibangun oleh manusia manusia itu rusak. Aku bahkan mengotori mereka dengan daun daunku yang telah berguguran dari waktu ke waktu. Aku mulai jarang digunakan untuk berlindung dari panas. Mereka sudah menggunakan sejenis tempat duduk yang sudah dilengkapi dengan payung diatasnya. Mereka juga bahkan punya benda yang bisa berputar untuk menyejukkan mereka. Aku merasa menjadi kurang diperhatikan oleh manusia manusia sekitarku. Kini temanku juga banyak yang telah hilang. Ada yang dipindahkan ke daerah lain, ada juga yang telah di potong. Kini hanya tinggal aku dan 2 orang temanku saja yang ada disana.

Kulihat tubuh dari temanku mulai di hinggapi oleh ular ular dan juga ulat ulat. Aku juga turut senang melihat temanku mulai didekati oleh makhluk lain. Temanku yang satunya juga punya banyak burung di cabang cabangnya. Namun tak kusangka, ular dan ulat itu telah membuat petaka bagi temanku. Banyak orang yang ketakutan karena ular dan ulat itu. Jadi tidak lama kemudian dia dipotong. Kini tinggal aku dan seorang temanku. Lama kelamaan temanku juga telah dipotong karena burung burung di atasnya itu mengotori rumah yang ada di bawahnya. Kini hanya tinggal aku seorang diri.

Aku yang sudah tua ini begitu rapuh. Suatu waktu ada seorang manusia yang memanjat aku, namun karena aku tak kuat menyangganya, cabangku patah. Itu sungguh sakit sekali. Bahkan aku juga disalahkan karena kejadian itu. Aku yang tidak bisa bicara hanya bisa diam dan menerima celaan dari orang orang itu. Namun, aku tetap membantu mereka dengan memberikan suplai oksigen sebanyak yang aku bisa. Tampaknya aku sudah terlalu tua. Aku sungguh bersyukur bisa hidup sampai umur ini. Daun daun di kepalaku mulai hilang. Banyak ranting yang patah karena angin yang keras sekali. Sungguh ironis keadaanku. Bahkan sekarang aku hanya tinggal sebuah batang dengan beberapa cabang saja.

Suatu hari ada badai di daerah itu. Aku bertahan agar aku tidak jatuh. Anginnya kencang sekali. Banyak cabangku yang sudah patah karena angin itu. Kulihat cabangku mengenai rumah manusia manusia itu. Aku berpikir, nanti pasti aku yang akan dimarahi oleh kejadian itu. Aku juga mulai berbikir kalau aku hidup ini sudah tak ada gunanya lagi. Dapur ku sudah sirna semua. Aku hanya bisa makan dari air dan mineral dari dalam tanah. Namun itu saja susah sekali untuk mendapatkannya karena air tanah mereka sudah mulai tercemar dan juga tanah mereka juga tercemar oleh plastik plastik yang tak bisa diuraikan. Akhirnya aku akan menyerahkan hidupku kepada Tuhan. Aku tidak akan bertahan begitu keras untuk melewan badai itu. Kurasakan kakiku mulai lepas dari tanah satu persatu. Aku menangis di dalam hati. Aku berharap mereka akan sadar kalau sebenarnya aku dan teman temanku ini penting untuk mereka. Aku juga berharap agar mereka memperlakukan adik adikku nanti dengan selayaknya, agar dia tidak mendapat nasib yang sama seperti kami. Akhirnya akupun tumbang dari tanah. Aku merasa kalau aku telah mati dengan terhormat, sudah kukerahkan semua tenaga untuk membantu mereka. Jadi aku tak akan mati sia sia......


0 komentar:

Posting Komentar

 

Twitter

About

Hi, we are cubics. We are Xcube's members. Xcube is the name of our class. We love Xcube, and we will spread our love to world. xoxoxo

"Don't fall in love, because anything that falls, is broken"